Perusahaan Jerman Minta Maaf karena memproduksi Kondom Anti-Imigran

Posted on | Rabu, 11 September 2013 | No Comments

Disadur dari Berlin (Reuters) dan Yahoo, diberitakan bahwa sebuah perusahaan asal Jerman meminta maaf karena telah memproduksi kondom bertuliskan pesan ofensif yang digunakan dalam kampanye partai sayap kanan terhadap pembatasan kelahiran kaum imigran.
 
Alat kontrasepsi itu, yang dipesan oleh sayap pemuda Partai Nasional Demokrat (NPD), dikemas dalam kotak hitam bertuliskan slogan "Untuk orang asing dan warga Jerman tertentu." Para aktivis mengirim alat kontrasepsi itu ke anggota parlemen sebagai sebuah bentuk protes terhadap "imigrasi yang tidak terkendali." Pesan tersebut menggema di negara tempat partai Nazi juga pernah berupaya untuk mengontrol kelahiran, memicu orang-orang untuk beranggapan bahwa warga berdarah Jerman murni adalah kaum yang layak untuk berkembang, sambil menyisihkan orang-orang tertentu dari kelompok lain. Kondom tersebut dikemas dengan sebuah tulisan yang ditujukan kepada anggota parlemen: "Kami memprotes imigrasi yang tidak terkendali dan hasil perubahan populasi di negara kami.” "Anda gagal untuk memberikan dasar bagi kebijakan keluarga yang akan menghentikan bencana demografi yang dihadapi rakyat kita," tambah tulisan itu. Volker Beck, anggota parlemen dari Partai Hijau Jerman, menyatakan keluhannya kepada perusahaan pembuat kondom, R&S. Pihak perusahaan meminta maaf dan berjanji untuk menyumbangkan 10 ribu kondom serta hasil pendapatan dari pesanan NPD ke yayasan Jerman yang menentang ekstremisme sayap kanan dan anti-Semitisme. "Kami sangat menyesal bahwa kesalahan besar seperti ini bisa terjadi dan kondom kami terkait dalam propaganda seperti itu," kata pimpinan R&S Axel Roth dalam sebuah pernyataan. "Kami seharusnya lebih berhati-hati saat memeriksa produk jadi." Jerman pada 2003 berusaha untuk melarang NPD, partai berjargon "rasis, anti-Semit, dan revisionis" melalui dinas intelijen domestik Jerman, namun gagal. Melarang partai-partai politik juga menjadi hal yang sensitif di Jerman, setelah rezim Nazi dan Komunis membungkam perbedaan pendapat. Reportase oleh Sophie Duvernoy; Edit oleh Alexandra Hudson and Andrew Heavens.

Comments

Leave a Reply